Sunday, February 15, 2015

polemik bandar narkoba

    Polemik hukuman mati bandar narkoba mulai memicu kegeraman negara tetangga karena ada warga negaranya yang ikut list eksekusi mati tahap 2.
Mulai dari perdana menteri hingga menteri luar negeri menebar ancaman buat negeri ini dari segi pariwisata hingga menarik hubungan diplomatik.

   Tidak cuma disitu organisasi dunia yang merasa dirinya adil turut serta intervensi hukuman mati kedua bandar narkoba.
Sehebat itukah kedua bandar narkoba ini hingga perdana menteri dan sekjen organisasi dunia ikut bersuara dan meminta pembatalan hukuman mati kedua bandar narkoba.

  Mungkin kita masih ingat dengan pemberian grasi presiden kepada warga negara tetangga yang kemudian dibalas dengan penyadapan istana dan penyadapan pada ibu negara oleh negara tetangga ini.

   Intervensi dan ancaman yang dilakukan negara tetangga harus segera dijawab pemerintah dengan mempercepat eksekusi mati para bandar tersebut agar marwah bangsa terjaga dan negeri ini bisa punya power dan ketegasan dalam hal perang melawan narkoba sekaligus menjawab ancaman dari negara tetangga.

  Seandainya hubungan diplomatik kedua negara terputus karena peristiwa ini kita harus bersyukur karena hilang salah satu duri dalam daging yang selalu merongrong kewibawaan bangsa.
Terlalu sering kita diinjak-injak oleh negara tetangga yang ngakunya saudara ini padahal menusuk dari belakang.

  Jika hubungan diplomatik diputus mungkin dampaknya akan lebih besar buat mereka karena negeri ini paling banyak mengimpor sapi dari tetangga tersebut dan disamping itu jalur laut kita yang sering dijadikan jalur pengungsi ilegal sangat membantu negara tersebut dalam menangulangi imigran gelap yang menuju negara tersebut.

  Jadi sudah seharusnya pemerintah segera mengeksekusi bandar narkoba tersebut demi marwah dan kedaulatan bangsa sekaligus perang lawan kejahatan narkoba.

No comments: